Klapetart
Semenjak putus sama Feby, dua tahun yang lalu, Gue tidak
pernah deket sama cewek. Gue ngerasa nyaman dengan kejombloan seperti sekarang
ini. Meski pun hampir semua temen, baik itu yang di kostan atau yang di kampus
pada punya pacar. Gak tau kenapa, gak ada sedikit pun perasaan pengen nyari
gebetan. Temen-temen dekat ada yang ngeledek, ada yang nyaranin supaya
cepet-cepet nyari pacar. Tapi semuanya Gue tanggepin dengan santai, Gue anggep
angin lalu.
Tapi semenjak perkenalan dengan Nadia dua hari yang lalu,
perasaan sedikit tergugah untuk mencoba kembali deket sama cewek. Targetnya tentu Nadia,
dia yang menggugah hasrat untuk deket sama cewek, dia juga yang harus
bertanggung jawab jadi gebetan. Lagian apa salahnya maen ke
Nadia yang kostannya Cuma kehalangin dua bangunan.
Malam Rabu, meski gak terlalu yakin, Gue berencana untuk
berkunjung ke kostannnya Nadia. Tapi begitu hendak berangkat, tiba-tiba
perasaan jadi kacau gak karuan. Gue jadi salah tingkah, bolak-balik dari ujung
koridor yang satu ke ujung koridor yang lainya, dari lantai satu ke lantai dua.
Dengan ekspresi kudanil pecah ketuban (kalau ada yang liat pasti gemes-gemes
pengen nonjok gimana?), akhirnya Gue memutuskan untuk ngajak Eka, karena kalu
ngajak si Nunu, bukan sukses yang didapat, yang ada malu-maluin. Nunu pasti
ngegasak habis makanan yang disuguhin dan Gue yakin dia bakal minta nambah.
Karena Eka lagi gak ada kerjaan, dia bersedia nemenin gue. Tapi sebelumnya Gue
kasih pengarahan dulu.
“Ka, rencananya gini, ntar lu bantu Gue ngomong sama dia.
Pokoknya bikin jadi lebih cair. Kalau Gue ama Nadia udah lancar, lu cepet-cepet
cabut, bilang ada apa ke. Gimana?”
“Oh Nadia jualan es
balok ya?”
“Tak….” Gue jitak
kepalanya
“Situasinya…!!! Bukan
es-nya…!!!”
“Ok.. ok.. Gue ngerti”
kata Eka.
Begitu sampai di depan pintunya, Gue langsung ketok, tapi
Eka langsung marah.
“Pintunya yang diketok
bukan pala Gue”
“Ups… sorry, sorry
nervous Gue”
Setelah diketok, akhirnya pintu ada yang ngebuain, dia Astri
temenya Nadia.
“Hai Tri… Nadianya ada?”
kata Gue.
“Oh Nadia, tunggu bentar ya” kata Astri sambil masuk ke
dalem.
Tidak lama kemudian Nadia
keluar, dengan menggunakan piyama pink. Gue makin grogi liat dia yang lucu
banget kaya aromanis, jadi pengen ngejilatin gimana, gitu. Apa lagi rambutnya
diikat ekor kuda, nambah lucu.
“Oh Aa, silahkan masuk A” kata dia sambil mempersilakan
masuk.
“Terima Kasih” kata Gue sama Eka.
“Silakan duduk”
“Terima kasih”
“Bentar ya, Nadia ambilin dulu minum”
“Terima kasih”
Ternyata Nadia bukan
ngekost kaya mahasiswa pada umumnya. Dia nyewa sebuah rumah, bersama dengan
keempat temannya. Rumahnya cukup luas dengan desainnya yang ok pula. Rumah ini
terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, lima kamar tidur, dapur, kamar mandi
dan sebuah jemuran di lantai dua. Sekarang gue duduk di sofa, di ruang tamu.
Suasannya temaram, karena lampu yang dinyalakan hanya lampu dinding. Terlihat
sekali kalau rumah ini sangat terawat.
“Ayo silahkan diminum” kata Nadia sambil naruh berisi aer
putih sama cemilan di atas meja.
“Wah pake disuguhin makanan segala, jadi ngerepotin” Gue
basa-basi yang bener-bener basi.
“Engga ngerepotin ko, lumayan lah alakadarnya”
HENING
“Tinggal sama temenya ya?” pertanyaan bodoh, kalau tadi
yang ngebukain pintu temenya, ya kemungkinan besar dia tinggal sama temenya.
“Iya”
HENING
“Berapa orang?”
“Nadia sama empat orang, jadi semuanya berlima.”
“Oh…”
KEMBALI HENING
“Tinggal sama temenya ya?”
“kan tadi udah ditanyain” sambil senyum
“oh iya...”
HENING LAGI
“Ih kerupuknya lucu ya, warna-warni” kata Nunu sambil
nunjuk kerupuk yang ada dalam toples. Mungkin maksud Nunu, gue pengen tu kerupuk.
“Iya itu kerupuk melati, Nadia suka banget sama kerupuk
melati, bentuknya lucu, kecil-kecil kaya melati, warnanya juga lucu.”
“Bikin sendiri?”
Gue nanya.
“Ah.. enggak, dapet beli. Mana mungkin Nadia bisa bikin
gituan”
“Pasti beli mentah terus digoreng sendiri”
“Enggak, beli jadi di supermarket.”
Berkat kerupuk melati, yang sebenernya bukan kerupuk tapi
snack, suasana
jadi lebih cair (es kali cair). Gue jadi lebih santai, gak nervous
lagi. Pembicaraan mulai melebar ke hal-hal yang lainya. Selain lucu Nadia juga
ternyat asyik diajak ngobrol. Orangnya nyantai, ramah,
antusias dan suka humor. Naluri PDKT Gue yang telah lama mati berangsur
bangkit dan kembali bergelora.
Tapi ada satu yang terlupakan oleh Eka, dia gak nyadar
kalau suasana udah oke, dia harus cabut. Eka ikut berbaur dalam obrolan, tapi
matanya tetep fokus pada makanan yang ada di meja. Lama kelamaan Gue mulai
gerah, dan mencoba untuk ngasih tau Eka supaya cepet-cepet pergi. Gue sikut
sambil sedikit mengerak-gerakan mata mata ke arah pintu yang ada di samping Eka. Celakanya Eka salah nangkep isyarat Gue. Dia melakuakan gerak tubuh yang bermakna “APA?” Gue
gerak-gerakin lagi mata ke arah pintu, tapi karena posisi Gue di samping Eka, membuat
gerakan mata Gue mentok di meja. Dengan bingung Eka menunjuk makanan yang ada
di meja.
“Krupuk?”
Gue geleng-geleng kepala
“Permen?”
Gue geleng-geleng kepala
“Bolu?”
Geleng-geleng kepala
“Nastar?”
Geleng-geleng badan
“Cheese stick?”
Gue guling-guling di
lantai
Gue berhenti ngasih kode, karena Gue yakin hasilnya akan
lebih parah. Lama-lama dia bakal nawarin kulkas yang ada di ruang tengah,
kemudian TV, lukisan, mungkin juga kesed. Semua kembali larut dalam obrolan
yang hangat, tapi gue tetep gedek ama Eka. Gue pun ngambil HP, lalu ngetik
pesan.
Eka yang lagi sibuk
nyobain semua makanan ngeluarin HPnya. Setelah dia baca lalu senyam-senyum
ganjen ama Gue, kayak onta lagi kawin. Eka pun pamit sama Nadia, katanya ada
temenya datang ke kostan. Ketika Eka beranjak pergi, dia
masih sempet-sempetnya nyomot bolu.
Ngobrol berdua tanpa Eka ternyata lebih menyenangkan. Gue
sama Nadia larut dalam obrolan yang gak karuan, ke sana - ke mari. Dari sana
Gue tahu banyak tentang Nadia. Gadis cantik yang ada di hadapan Gue ini,
ternyata orang Bandung Timur. Dia ngekost di sekitar kampus karena kalau
bolak-balik dari rumahnya ke kampus cukup merepotkan. Bayangin, bolak aja diperlukan
waktu sekitar dua jam lebih, apalagi kalu ditambah balik, sehingga dia
memutuskan untuk ngekost.
Nadia merupakan anak cikal dari tiga bersaudara. Tidak
heran memang, karena sikapnya dewasa, dia juga anggun. Adik pertamanya
perempuan, kelas 2 SMP dan adik bungsunya yang juga perempuan baru duduk di kelas
2 SD.
Ngambil jurusan ekonomi memang sejak awal dia menyukai
dan menginginkan untuk kuliah di jurusan Ekonomi. Tapi yang paling berkesan
dari pertemuan ini, selain dia ramah dan lucu, giginya itu indah sekali, lebih
indah dari sebuah mahakarya yang pernah dibuat oleh umat manusia. Giginya itu,
kecil-kecil berbaris dengan rapi mirip bulir jagung manis. Antar gigi yang satu
dengan gigi yang lainya tampak saling melengkapi, sempurna sekali. Warnanya putih bersih, laksana susu murni, tapi lebih bening, bercahaya.
Dan tahukah kamu teman, tiap kali dia tersenyum, waktu berjalan lambat, slow
motion, indah, indah sekali. Tiap dia tersenyum, jantung Gue berdegup kencang.
Oh damn..!!!!
kenapa dia mesti punya gigi seindah itu. Gue yakin suatu saat nanti, dia bakal jadi
bintang iklan produk pasta gigi. Dan produk pasta gigi yang dia bintangi,
penjualannya akan laku keras.
Bandingkan dengan gigi
Gue yang besar-besar, posisinya saling berdesakan, kagak ada lucu-lucunya. Kalu
tersenyum lebih mirip kuda bersin. Gue berkhayal sejenak dengan takdir gigi
Gue. Gue ditawarin oleh agen iklan untuk menjadi bintang iklan produk pembersih
gigi. Nama produknya adalah “Aboe Gosok
Tjap Njonja Njengir”. Dalam iklan diceritakan, gue datang naik kuda dengan
stelan cowboy, menuju kota tua di daerah Las Vegas. Lalu Gue turun dari kuda
sambil melihat-lihat ke sekitar. Dari arah berlawanan datang seorang pria
berbadan kekar, kepalanya botak, kumisnya kaya Pak Raden. Semua penduduk
langsung berlarian, ada yang sembunyi di dalam tong kayu, ada yang masuk ke bar,
ke barber shop, ke restoran dan ke motel. Di balik persembunyainnya mereka
mengintip apa yang akan terjadi. Suasana
berubah jadi lebih tegang, dengan back song lagu country. Cklek… cklek… cklek…
bunyi besi dari boot pria kekar tersebut mengiringi tiap langkahnya. Tiap
langkahnya perlahan tapi pasti, membuat suasana menjadi semakin tegang. Gue pun
berjalan pelan tapi mantap ke arah pria tersebut. Ketika jarak yang memisahkan
sekitar 5 langkah, dia berhenti begitu pun dengan Gue. Kedua tangan gue dan tangan dia
ngangkang di samping pinggang masing-masing. Gue sama pria asing itu siap-siap
terlibat dalam sebuah pertarungan.
Tik… tik… tik…
hanya bunyi detik jarum jam di tower kayu, yang sesekali diselingi oleh bunyi
angin yang berhembus. Panas terik di tengah hari bercampur dengan ketegangan
membuat badan dan muka Gue berkeringat, mengisyaratkan kerasnya kehidupan di
Las Vegas. Begitu jarum jam menunjukan pukul 12 tepat, bel berbunyi dengan
nyaring. Bertepatan dengan bunyi bel, pria tersebut kekar tersebut langsung
mengaum lalu nyengir memamerkan giginya, pada waktu yang bersamaan gue juga
nyengir, dengan menggunakan gerakan serigala melolong di malam bulan purnama. Terlihat
gigi Gue putih bersih, dan berkilau terkena cahaya matahari. Sementara gigi
pria tersebut berwarna kusam dan kuning. Pria kekar kemudian membalikan badan
dan berlari sambil menangis, karena giginya kalah bersih sama Gue. Gue lalu
nyabut abu gosok pembersih gigi Tjap Njonja Njengir. Warga kota semuanya
bersorak dan keluar dari persembunyiannya. Semuanya riang gembira karena gue
telah berhasil mengusir pria kekar yang selama ini menggangu kota. Pria yang
ditakuti itu ternyata The Yellow
Teeth, penjahat no 1 di Las Vegas.
***
“Silahkan A, dimakan cemilannya” kata Nadia
mempersilahkan lagi, karena dari tadi Eka lah yang lebih agresif
menghajar cemilan.
“Kayaknya bolunya enak, bikin sendiri?” kata Gue sambil ngambil bolu.
“Iya, kebetulan kemaren abis pulang, gak enak ya?”
“Engga ko, enak banget. Udah cantik pintar masak pula”
“Ah si Aa, bisa aja”
Sejak kunjungan itu, Gue jadi sering main ke Nadia.
Mulanya seminggu sekali, kemudian semakin intens menjadi seminggu dua kali,
lalu menjadi empat kali seminggu. Berkat intensitas ketemuan yang tinggi,
hubungan yang terjalin pun menjadi semakin erat. Nadia kini menjadi semakin
terbuka, tidak lagi menganggap Gue sebagai orang asing.
Pada suatu malem, seperti biasanya Gue, Topeng dan Eka nyari makan. Ketika keluar kostan secara spontan terlintas di pikiran
untuk ngajak Nadia makan.
“Brow, tunggu bentar ya,
gue ngajak Nadia dulu”
“Alah… kayak dianya
bakal mau aja” kata Topeng
“Udah cepet sana, kita
tunggu di sini” kata Eka
Gue pun berjalan menghampiri kostan Nadia. Lalu ngetok
pintu rumahnya. Tidak lama kemudian Nadia datang ngebukain pintu.
“Eh Aa, masuk A”
“A ke sini mau ngajak Nadia makan, gimana? mau gak?”
“Makan di mana?”
“Ya di sekitar Ledeng”
“Oh… kalau gitu tunggu bentar ya, Nadia ganti baju dulu”
“Ok, jangan lama ya”
Nadia hanya senyum, lalu masuk ke dalam, tak lama berselang Nadia pun keluar dengan menggunakan rok panjang model Cinderela
dan T-Shirt putih yang dibalut cardigan merah tua.
“Ayo A”
Gue pun berjalan sama Nadia ke depan kostan Pelangi,
tempat Eka sama Topeng nunggu.
I think I’m fall in love
Baca juga :
#wahid m
Update dilakukan satu bulan sekali, yaitu setiap tanggal 5 pukul 21.00 wib. Kenapa tanggal 5? karena tanggal 5 merupakan tanggal keramat (gue gajiannya tanggal 5 guys he.. he... jadi pas lagi posting, hati lagi seneng)